Kota Tangerang – Nilai-nilai dan falsafah Pancasila sangat perlu diketahui dan dihayati oleh generasi muda Bangsa Indonesia, sebagai penerus kemerdekaan. Hal itu disampaikan Wakil Ketua I DPRD Kota Tangerang, Andri Septiawan Permana saat menjadi pembicara dalam kegiatan “Sosialisasi Kader Merah Putih (Penjaringan Calon Paskibraka Tahun 2025)”, yang diselenggarakan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Tangerang.
Lahirnya Pancasila pun menurutnya tidak terlepas dari pergolakan Sukarno atas ideologi-ideologi lain yang berkembang yaitu liberalisme, nasionalisme, komunisme dan sosialisme.
“Keempat hal ini berasal dari luar negeri namun dipahami sebagai konteks dinamika di Indonesia. Seperti penjelasan Sukarno pada sidang BPUPKI: Alangkah banyak macam agama di sini, alangkah banyak aliran pikiran di sini, alangkah banyak macam golongan di sini, alangkah banyak macam suku di sini, bagaimana mempersatukan aliran, suku-suku, agama-agama, dan lain-lain sebagainya itu, jikalau tidak diberikan satu dasar yang mereka bersama-sama bisa berpijak di atasnya. Dan itulah saudara-saudara, Pancasila,” kutipnya. Senin (2/12/2024).
Pidato 1 Juni 1945 Bung Karno pada sidang BPUPKI, menurutnya memberikan rumusan mengenai dasar yang harusnya dijadikan pegangan hidup berbangsa dan bernegara. Dasar itu adalah kebangsaan Indonesia, perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial dan ketuhanan. Kelima prinsip tersebut dapat diperas menjadi tiga prinsip, yaitu kebangsaan yang berperikemanusiaan (sosio-nasionalisme), demokrasi yang berkeadilan sosial (sosio-demokrasi), dan ketuhanan yang berkebudayaan. Kemudian Tri Sila diperas menjadi Eka Sila yang berarti gotong royong.
Dikatakan, bahwa karakteristik bangsa Indonesia sebagai negara-bangsa adalah kebesaran, keluasan, dan kemajemukannya. Bahwa Indonesia memiliki 1.128 suku bangsa dan bahasa, ragam agama dan budaya di sekitar 17.508 pulau (Undang-Undang no 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia).
“Untuk itu perlu konsepsi, kemauan dan kemampuan yang kuat untuk menopang kebesaran, keluasan dan kemajemukan ke-Indonesiaan yang perlu kita teladani bersama sebagai anak bangsa,” Tegasnya kepada para peserta, sehingga suasana menjadi semangat untuk mendengar paparan politikus bergambar banteng ini.
Andri juga menegaskan, bahwa kemajemukan sosial budaya yang dikristalisasikan dalam bentuk nilai filsafat hidup bangsa (filsafat Pancasila) menurutnya merupakan jati diri nasional, jiwa bangsa, asas kerohanian negara dan sumber cita nasional sekaligus identitas dan integritas nasional. Serta diikat dalam satu ikatan Bhinneka Tunggal Ika dan rasa cinta tanah air bangsa dan negara.
Menurutnya, dengan berpegang pada falsafah atau filsafat Pancasila, diharapkan akan mampu menyelamatkan bangsa Indonesia dari perpecahan dan keterpurukan, khususnya bagi anak muda. Apalagi dalam dasar negara Indonesia, sudah diatur tentang pandangan hidup dalam kegiatan praktis. Seperti tentang ketuhanan, persatuan, bernegara, dan tentang keadilan.
Dengan pandangan hidup yang berdasar lima pasal dalam Pancasila, diyakininya akan memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang timbul belakangan ini.
“Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula, saya yakin bangsa Indonesia akan dapat membangun dirinya meski saat ini sedang dilanda banyak persoalan, seperti pandemi yang terjadi tiga tahun yang lalu, kemudian persoalan identitas kebangsaan, kerukunan antar warga, ekonomi, sosial, dan lainnya,” katanya.
Andri mengatakan, Sila Ketiga Pancasila, “Persatuan Indonesia” misalnya, bisa menjadi solusi terbaik bagi bangsa Indonesia yang sangat beragam. Dengan Pancasila, keberagaman tidak dipandang sebagai sebuah kendala atau masalah, tetapi menjadi potensi untuk bisa saling menolong ataupun saling bertukar kelebihan.
“Nilai ini menjadi lebih relevan kini karena saya melihat ada kecenderungan orang memaksakan kehendak, memaksakan nilai kepada golongan yang berbeda nilai keyakinannya. Baru-baru ini kita geger soal wayang, soal kebijakan JHT, soal toa masjid, soal aturan pemerintah, dan persoalan lain. Dengan memahami Pancasila, seharusnya itu tak peru terjadi,” tuturnya.
Sementara untuk pemerintah, dirinya berharap agar prinsip “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” harus dipegang teguh dalam setiap pengambilan kebijakan. Hal itu agar tak ada perpecahan, atau rasa tak percaya di masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Apalagi dalam situasi seperti saat ini sangat rentan terjadi perpecahan bangsa.
“Kami sangat sayangkan ketika ada beberapa pejabat pemerintah yang membuat kebijakan malah menciptakan kegaduhan di masyarakat. Saya yakin bangsa Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan ini. Syaratnya semua unsur bangsa tetap berpegang teguh pada falsafah Pancasila. Negara juga harus adil, masyarakatnya juga harus menjaga persatuan dan kesatuan. Jangan membeda-bedakan suku, ras, golongan, dan agama, apalagi derajat sosial,” tegasnya.
Andri juga memaparkan relevansi sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. “Setiap manusia pasti ingin dipahami dan dihargai. Jika tatanan sosial sudah menghargai dan memahami perbedaan individu, dengan mandiri akan tercipta tenggang rasa antar warga. Hal ini mencegah ketimpangan relasi kuasa dan ketidakadilan. Ini modal utama untuk membangun Masyarakat yang beradab,” katanya.
“Kita sering kali memandang Pancasila sebatas ide atau gagasan. Nilai-nilai Pancasila tidak pernah diimplementasikan menjadi bagian dari gaya hidup,” katanya.
Kondisi ini terjadi antara lain karena masyarakat lebih mudah menerima nilai-nilai dari luar yang bukan bagian dari nilai bangsa ini. Apalagi, di tengah pesatnya teknologi informasi dan komunikasi yang membuat nilai dari luar dengan mudah masuk ke dalam negeri.
Padahal Pancasila ibarat sebagai kompas dan Indonesia sebagai bahteranya. “Perkembangan teknologi jangan membuat kita makin mudah diadu domba, fasisme, dan akhirnya terpecah belah akibat informasi yang kurang tepat. Di era modern ini, seharusnya kita lebih menguatkan ideologi kita, untuk membentengi diri dari perpecahan dan gempuran budaya luar yang tak sejalan dengan visi kebangsaan kita,” katanya.
“Dengan kata lain, jika bangsa ini melupakan Pancasila, melupakan nilai persaudaraan, gotong royong, dan nilai lain di Pancasila, kemudian lebih peduli pada kepentingan diri sendiri atau egoisme, pragmatisme, dan hedonisme, akan sulit bagi bangsa ini untuk bisa mengatasi persoalan yang dihadapi,” tambahnya.
Sementara itu Sekretaris Badan KESBANGPOL Ahmad Sajari, mengatakan bahwa tema kegiatan ini dipilih untuk membekali siswa-siswi dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang fungsi dan cinta Tanah Air, baik di sekolah maupun di luar sekolah nantinya.
“Kami ingin siswa-siswi pelajar di Kota Tangerang lebih memahami fungsi dan tujuan bagaimana mencintai tanah air, baik dari sekolah atau di luar sekolah nantinya,” jelas Ahmad Sajari.
Menurutnya, pembelajaran tentang cinta tanah Air penting untuk membina kemampuan para pelajar dalam organisasi di masyarakat di masa depan.
dengan menghadirkan tiga narasumber dari DPRD dan Lemhanas, Pelajar dapat belajar langsung dari praktisi tentang cinta tanah Air.
pembelajaran tentang cinta tanah Air penting untuk membina kemampuan para pelajar dalam organisasi di masyarakat di masa depan.
Acara ini diharapkan menjadi jembatan awal bagi Pelajar dalam memahami dan mengaplikasikan prinsip-prinsip cinta tanah Air dalam kehidupan sekolah serta memberikan inspirasi.